Puisi
Aku
Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Menganalisis Puisi
1.
Unsur
Intrinsik
a. Tema
Puisi
‘Aku’ merupakan puisi yang bertemakan perjuangan terhadap penderitaan seseorang.
Ini terlihat dari larik puisi berikut:
Biar peluru
menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri
b. Diksi
Dalam
puisi ini, sosok ‘aku’ menyebut
dirinya sebagai binatang jalang itu berarti bahwa dirinya sosok yang bebas. Dan
kalimat tak perlu sedu sedan itu untuk
menunjukkan agar orang yang tak perlu bersedih hati atau meratapi nasibnya.
c. Rima
Ditunjukkan
oleh larik puisi berikut,
Kalau sampai
waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
d. Nada
dan Suasana
Kalau sampai
waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Nada
dari puisi tersebut adalah tegas.
Biar
peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri
Suasana yang terekam
dari bait puisi di atas adalah menderita tetapi tetap berjuang.
e. Pesan
Apapun
penderitaan yang terjadi kita harus mampu berjuang.
2. Unsur
ekstrinsik
a) Biografi
Penyair
Chairil Anwar (lahir di Medan,
Sumatera Utara,
26
Juli
1922 – meninggal
di Jakarta,
28
April 1949
pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku),
adalah penyair
terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah
menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul
Sani
dan Rivai
Apin,
ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan
'45
sekaligus puisi modern Indonesia.
Chairil
lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta)
dengan ibunya pada tahun 1940,
dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi
pertamanya pada tahun 1942,
Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari
pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak
jarang multi-interpretasi.
b) Nila-nilai
Nilai
sosial: masyarakat pada jaman itu harus mampu berjuang bersama-sama untuk
keluar dari penderitaan.
c) Unsur
Kemasyaratan
Puisi ‘aku’ dibuat
tahun 1943, saat Indonesia masih mengalami penjajahan bangsa Jepang. Puisi ini
merupakan bentuk kebencian Chairil Anwar pada penjajah yang telah membuat
masyarakat Indonesia menderita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar